YPPNL — Nenek moyang kita mengingatkan anak cucu dengan ungkapan “pager mangkuk luwih kuat tinimbang pager tembok”, artinya ‘pagar mangkuk lebih kuat daripada pagar dinding’. Pagar tembok dalam hal ini dapat dimaknai sebagai lambang kesombongan, kedustaan, bachil, medhit. Sebaliknya, pagar mangkuk sebagai simbol kedermawanan, loman, santun, kepedulian, empati kepada lingkungan sosial sekitar.
Dalam kehidupan masyarakat yang majemuk berbeda-beda pendidikan, ekonomi, strata sosial, dan sebagainya. Lebih-lebih pada tingkat kecukupan dalam pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari (beras, gula, minyak, telur, dan sebagainya) mulai Februari sampai awal Maret 2024 harga-harga mulai naik. Dalam kondisi seperti itu, rakyat kecil dalam hatinya menjerit karena terhimpit masalah pemenuhan ekonomi keluarga.
Di tengah-tengah masyarakat yang terhimpit pemenuhan kebutuhan pokok, sementara ada individu gang menutup diri (dinding/tembok), tidak mau tahu dengan orang di sekitarnya yang kesulitan ekonomi. Sekuat apa pun seseorang pasti akan memerlukan diri orang lain, orang di sekitarnya. Jika tidak peduli dengan orang lain, maka pada kesempatan lain akan mendapatkan aral melintang yang tidak dapat diprediksi sebelumnya.
Lain halnya, inividu yang punya empati tinggi terhadap diri orang lain yang mengalami kesulitan hidup kemudian dia memberikan (mangkuk) sedekah atau pun infak untuk membantu orang lain yang tidak beruntung. Hal itulah merupakan proyeksi seseorang yang Ikhlas, tidak sombong, tidak dusta terhadap agamanya (QS, Al-Maun: 1-3). Jika seseorang yang selalu Ikhlas terhadap agamanya dan mau menyeru untuk bersedekah/berinfak, maka hidupnya akan mulia di hadapan manusia dan Tuhan, Alloh SWT. (Tubiyono, 5/3/24)