YPP Nurullatif

YPPNL – Selama sebulan, umat muslim melakukan kewajiban puasa Ramadhan. Pada bulan tersebut umat muslim diasesmen secara masal untuk mencari individu-individu yang layak memakai “baju baru” yaitu baju “takwa”. Pertanyaannya, siapakah yang layak pakai baju “takwa”?

Pemakai “baju baru, baju takwa” adalah individu-individu yang memiliki kompetensi diri dalam membentuk, melakukan, dan memaintein relasi secara vertikal dan horizontal. Relasi secara vertikal dapat ditandai adanya keyakinan imani terhadap hal gaib (irasional). Hal gaib, misalnya eksistensi Allah SWT, malaikat, jin dan sebagainya. Akibatnya, semua perilakunya dikalkulasi secara cermat apakah sesuai dengan nilai keilahian. 

Keyakinan imani terhadap hal gaib, salah satunya, direflesikan dalam kepatuhan penegakan sholat lima waktu. Sholat lima waktu bagi individu muslim merupakan katalisator antara diri pribadi dengan Tuhannya (vertikal). Dengan penegakan sholat yang benar berdampak postif bagi diri, keluarga, masyarakat, dan negara.

Keyakinan imani terhadap hal gaib, juga merefleksikan kepatuhan dalam bersedekah atau berinfak kepada orang-orang di sekitarnya (orang tua, keluarga/kerabat, tetangga, teman, fakir, miskin, anak yatim, dan sebagainya. Kepatuhan dalam bersedekah atau berinfak merupakan karakter positif untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat di lingkunannya.

Jadi, keyakinan imani kepada yang gaib, penegakan sholat, dan berinfak/bersedekah (QS, Al Baqoroh:2-3) tidak hanya pada bulan Ramadhan, tetapi bakda Ramadhan pun tetap konsisten dilaksanakan. Oleh karena itu, individu yang memiliki tanda-tanda seperti itu berarti  lulus asesmen massal sehingga layak memakai baju baru, “baju takwa”. (Tubiyono, 26/4/24)