YPP Nurullatif

YPPNL — “Antara Candik Ayu dan Candik [K]ala” (yppnurullatif.or.id) dideskripsikan ketika sore hari sangat indah, “golden moment”, ditunjukkan kuda yang jinak, tetapi larinya sangat cepat (QS, 38:31). Ketika berhenti sangat jinak, ada yang berdiri dengan tiga kaki dan salah satu kaki depan diangkat ke atas menimbulkan keindahan sangat menakjubkan.

Selain digambarkan indah menakjubkan, kuda juga digambarkan memiliki kecepatan berlari sehingga nenimbulkan percikan api dan debu, memiliki  sifat pemberani dalam menerobos kerumunan musuh (QS, 100:1-5). Dalam hal ini, dapat dipahami bahwa kuda berkarakter pemberani, perkasa, dan gagah sebagai simbol nafsu tak terkendali seperti kuda liar. Kuda tetap berlari kencang, menerjang, meradang, dan menyerang tanpa melihat bahaya di depannya. 

Dia tak perduli apa pun dan siapa pun seperti yang terlukis dalam puisi Chairil Anwar berjudul “Aku”. /Kalau sampai waktuku/ /’Kumau tak seorang ‘kan merayu/ /Tidak juga kau/  /Tak perlu sedu sedan itu/  /Aku ini binatang jalang/  /Dari kumpulannya terbuang/ /Biar peluru menembus kulitku/ /Aku tetap meradang menerjang/  /Luka dan bisa kubawa berlari/  /Berlari/  /Hingga hilang pedih peri/ /Dan aku akan lebih tidak perduli/  /Aku mau hidup seribu tahun lagi/. 

Keberanian, kekuatan, kecepatan, dan kesempatan untuk memuaskan keinginan individu dan kolektif (keluarga/kroni) tanpa memperhatikan rambu-rambu larangan, apa yang boleh dan tidak boleh; apa yang etis dan tidak etis; serta apa yang halal tidak halal. Semua hal berupa rintangan, palang, rawe yang menghalangi nafsu menguasai dunia secara ekonomi dan politik harus diputus agar tercapai tujuannya. Dengan kata lain, deskripsi seperti itu masyarakat Jawa menyebut “ngumbar hardaning hawa nafsu”. 

Dengan “ngumbar hardaning hawa nafsu” siapa pun yang hanya memuaskan kebutuhan dunia dapat dikategorikan orang yang lupa diri akan Tuhannya. Dia tidak mampu mengendalikan diri sehingga hanya mengabdi dan menjadi  budak nafsu. Orang yang menjadi budak nafsu (hewan) dapat dicermati dalam deskripsi (QS, 100:1-11) dan secara eksplisit serta emplisit pada puisi “Aku” karya Chairil Anwar. Oleh karena itu, Allah SWT mengingatkan kepada manusia secara retoris apakah kau memperhatikan orang yang menuhankan nafsunya dan mau jadi wakil/pendampingnya (QS, 25:43). Semoga kita tidak termasuk orang yang menuhankan nafsu atau menjadi budak nafsu. (Tubiyono, 18/10/24)