YPPNL — Marhaban ya Ramadhan, datangnya tamu agung, bulan suci Ramadhan yang selalu ditunggu oleh umat muslim. Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah dan maghfirah (ampunan). Keberkahan Ramadhan tidak hanya dinikmati umat muslim, tetapi juga dinikmati nonmuslim, utamanya para pebisnis.
Dalam sebulan penuh umat muslim menjalankan salah satu rukun Islam yaitu puasa. Puasa adalah menahan makan, minum, amarah, dan hal-hal lainnya yang dapat membatalkan serta mengurangi kualitas ibadah puasanya. Dengan kata lain, puasa merupakan jihad memerangi atau membentengi diri dari keinginan nafsu hewani sesaat yang bersifat duniawi.
Ketika menjalankan puasa dengan menahan makan minum kurang lebih 13.5 sampai dengan 14 jam, kondisi fisik energinya terkuras sehingga menjadi lemas dan kantuk. Lemas dan kantuk ini salah satunya disebabkan oleh rendahnya kadar gula dalam darah. Oleh karena itu, saat berbuka puasa sangat baik dan efektif mengonsumsi buah-buahan manis alami bukan pemanis buatan.
Buah manis alami mempercepat proses pemulihan energi fisik, menyehatkan dan lebih dapat dikontrol bagi penderia sakit gula (diabet). Jika sudah waktunya berbuka puasa disunahkan menyegerakan, mempercepat, atau takjil untuk membatalkan puasa.
Buah manis alami sebagai takjil berkaitan dengan aspek budaya atau kebiasaan yang banyak dipengaruhi oleh kondisi lingkungan (lokal) sangat beragam. Dengan demikian, varian buah-buahan manis alami produksi petani ini menjadi alternatif pilihan sebagai pembuka untuk pembatalan puasa.
Dengan harapan para petani lebih giat menanam buah jeruk, pisang, semangka, melon, apel, manggis, dan buah-buah lainnya. Akibatnya, ketahanan pangan, utamanya buah-buahan, dapat diproduksi para petani dan secara progresif akan memunculkan rantai dustribusi untuk sampai kepada konsumen. Jadi, benar-benar-benar ada “falakh” keberuntungan dan keberkahan untuk semua. (Tubiyono, 10/3/24)