YPP Nurullatif

YPPNL — Isa AS, dalam perspektif Islam, adalah seorang nabi/rasul sebagai utusan Allah SWT. Kehadiran Isa AS yang merupakan utusan Allah untuk mewartakan kebenaran bahwa Taurat diturunkan sebelum kehadirannya (QS, Ali Imron: 50). Seorang duta, pembawa berita, dari langit, Isa AS banyak hambatan dan tantangan yang tidak ringan. Oleh sebab itu, Allah SWT memberikan “mukjizat” yang melekat pada dirinya dan berbeda dengan mukjizat yang dimiliki oleh nabi/rasul lainnya.

Kehadiran Isa AS sebagai nabi/rasul adalah “sign”, “ayat” atau “tanda”. Yang dimaksud “sign” dalam konteks ini adalah "simbol” atau “lambang”. Simbol atau lambang  memiliki makna lebih luas dan lebih kompleks daripada makna “sign” sebagai ikon material. Oleh karena itu, simbol tidak dapat dibatasi oleh ruang dan waktu. Usia manusia, termasuk nabi/rasul, adalah terbatas tetapi histori, pengurbanan, keikhlasan, ketulusan hati, nilai kebaikan akan abadi di dalam lubuk hati sanubari generasi satu ke generasi berikutnya.

Kehadiran (kelahiran) Isa AS di dunia sebuah realitas yang diiringi berbagai misteri. Karena eksistensinya di dunia tidak mampu dipahami dengan hukum-hukum logika pada umumnya. Akan tetapi, eksistensi Isa AS  memiliki banyak hal yang bersifat irasional. Oleh karena itu, ketika pembacaan tentang narasi Isa AS perlu disadari adanya dua dimensi yang saling berkelindan antara rasional dan irasional.

Isa AS dapat dipahami sebagai “ayat” atau “sign”. Pamahaman ini didasarkan pada kitab suci Al Quran ((QS, Ali Imron: 50). Yang dimaksud “ayat” atau “sign” adalah sebuah tanda atas kekuasaan Allah SWT  yang tak terbatas atas eksistensi Isa AS. Dari kelahiran, kehidupan, wafatnya mengandung misteri, lebih bersifat irasional daripada hukum-hukum logika deduktif dan induktif. Dalam hal ini, untuk memahami eksistensi Isa AS bukan semata-mata dengan logika, melainkan diiringi dengan iman/keyakinan yang berdimensi irasional. 

Persoalan “iman” kadang mengatasi logika formal, informal, dan hukum kausalitas. Dalam hal ini, Allah SWT memberikan “sign” kemahakuasaan sesuai dengan kehendak-Nya (irodat) tentang eksistensi Isa AS. Kemahakuasaan dapat dimanifestasikan dalam ciptaan yang tidak ada menjadi ada, juga berkuasa mengganti yang serupa atau pun tidak serupa. Tidak hanya eksistensi Isa AS yang memiliki misteri, tetapi eksistensi Nabi Adam AS, dan peristiwa mimpi Nabi Ibrahim AS untuk menyembelih putera tercinta Nabi Ismail AS sebagai bentuk pengurbanan yang sangat irasional. Jadi, keteguhan iman atau keyakinan tidak dapat diukur dengan logika umum, tetapi diukur dengan kualitas imani secara personal. (Tubiyono, 13/5/24)