YPP Nurullatif

YPPNL — Ramadhan telah tiba disambut dengan gembira oleh umat muslim dengan
eningkatan ibadah ritual dan sosial. Di samping ibadah ritual, adalah ibadah sosial yang
dapat diamati adanya peningkatan infak, sedekah, zakat, sediaan takjil, sahur, dan
sebagainya.

Sahur merupakan salah satu rangkaian aktivitas menjalani ibadah puasa wajib pada
bulan Ramadhan. Sahur bukan sebuah kewajiban, melainkan sunah. Jika dilaksanakan sahur
lebih utama dan dapat pahala. Makan sahur tidak hanya mencari pahala, tetapi mencari ridha
Ilahi dengan mengikuti jejak rasul sehingga dapat predikat takwa kepada Allah SWT. Takwa
inilah sebagai ending ibadah puasa bagi orang beriman (QS, Al Baqoroh:183). Sahur ditandai
makan dan minum saat sepertiga malam bagian akhir, menjelang imsak.

Mengapa sahur dilaksanakan saat sepertiga malam bagian akhir, menjelang imsak?
Ada beberapa nilai unggul yang bersifat abstrak dan tidak banyak diketahui oleh orang
kebanyakan. Waktu sepertiga malam bagian akhir atau menjelang imsak adalah waktu yang
sangat berat karena kebiasaan orang kebanyakan masih tidur nyenyak. Oleh karena itu, puasa
dapat dipahami sebagai wahana pendidikan dan pelatihan kepada hamba-Nya secara masal
selama sebulan penuh.

Sahur merupakan perilaku nyata yang dapat diindera setiap manusia, tetapi ada
sejumlah rahasia dibalik sahur sebagai realitas nyata. Rahasia dibalik sahur ada nilai atau
“value” unggul yaitu terbentuknya karakter terbaik sebagai manusia. Dengan kata lain
manusia dengan usaha, “achievement” kembali ke jati diri manusia sebaik-baik ciptaan (QS,
At Tin:4).

Karakter-karakter terbaik yang tesembunyi dalam sahur antara lain:
(1) bangun sepertiga malam bagian akhir,
(2) diteruskan sholat malam, doa, dan dzikir,
(3) dapat mengisi dengan qiroatul quran,
(4) dekat dengan waktu subuh sehingga tidak terlambat melakukannya,
(5) pembeda cara puasa dengan agama-agama dan kepercayaan lain,
(6) menjemput rezeki Allah SWT
(7) persiapan energi sebelum berpuasa
(8) dan sebagainya.

Dengan penuh harap, puasa, sholat, doa-doa, amalan-amalan lain yang kita lakukan bisa
diterima oleh Allah SWT. Akhirnya kita dapat diberi label takwa yang sebenar-benarnya.
(Tubiyono, 13/3/24