YPP Nurullatif

YPPNL — Tugas Nabi Muhammad SAW ada lima hal yaitu (1) syahidan, (2) mubasiron, (3) nadziron, (4) da’iyan, dan (5) sirojan muniron (QS, 33:45-46). Pada kesempatan ini akan dibicarakan, khususnya tugas pertama sebagai “syahidan”.

Nabi Muhammad SAW sebagai “messenger” tugas pertama adalah syahidan (saksi) pada hari akhir (yaumal kiamah). Syahidan atas umat manusia yang secara kuantitas bisa mencapai miliaran. Secara logika manusia normal diperlukan kriteria/signal tertentu dan waktu relatif lama untuk mengidentifikasinya. Namun, tidak demikian bagi Nabi Muhammad SAW, atas kehendak Alloh SWT telah dilengkapi dengan signal berupa cahaya terang di depan dan kanannya.  Oleh karena itu, dengan signal jelas sebagai kriteria tertentu dipakai dasar kesaksian (syahidan) umat Nabi Muhammad SAW atau bukan. Jika sesuai dengan kriteria tertentu akan masuk surga bersama dengan Nabi Muhammad SAW.  Mereka  berharap “robbana atmim lana nurona waghfir lana” (QS, 66:8).

 Signal berupa cahaya terang dapat dipahami sebuah ketertundukan dalam bentuk sujud. Dengan sujud yang terangkai saat sholat wajib lima waktu berjumlah tujuh belas rokaat, ada tiga puluh empat sujud. Jumlah sujud ini belum termasuk sujud dalam sholat sunat rowatib, qiyamul lail, dan sholat sunat lainnya. Oleh karena itu, ketertundukan sebagai manifestasi ketakwaan keadaan rukuk dan sujud kepada Alloh SWT akan ada bekas-bekas berupa cahaya terang di akhirat sehingga mudah diidentifaksi (QS, Alfath:29). 

Selain itu, orang yang beriman dan bertakwa selalu bersyahadat (bersaksi) secara implisit dan eksplisit dengan ungkapan verbal syahadat taukhid “asyhadu ala ilaha illalloh” dan syahadat rasul  “asyhadu anna muhammadan rasululloh”. Syahadat taukhid merupakan pengakuan secara logis tingkat tinggi, kesaksian paling agung bahwa Alloh SWT sebagai Tuhan yang esa, tempat mengadu, tidak beranak, tidak diperanakkan, dan tidak ada padanan terhadap suatu apa pun (QS, 112:1-4).

Syahadat rasul merupakan pengakuan secara logis dan cerdas. Walaupun tidak sezaman dan belum pernah bertemu dengan Nabi Muhammad SAW, tetapi dengan penuh kesadaran tingkat tinggi bersaksi, mengakui bahwa  Muhammad SAW sebagai “messenger”, utusan Alloh SWT. Siapa pun yang mencitai Alloh SWT akan mengikuti jejak rasul Muhammad SAW (QS, 3:31) sebagai duta pamungkas para nabi dan rasul. (Tubiyono, 2/3/25)